SUGAWA.ID – Festival Tiong Ciu Pia (中秋節 / Zhongqiu Jie), atau Festival Kue Bulan merupakan kegiatan yang menjadi tradisi bagi masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia.
Dalam Festival Tiong Ciu Pia ini, kaum Tionghoa di seluruh dunia biasanya menggelar acara makan malam di bawah sinar rembulan bulan Purnama.
Namun walau Festival Tiong Ciu Pia ini merupakan kegiatan asli China daratan, ternyata di Indonesia malah mengalami beberapa bentuk alkulturasi dan berbaur dengan budaya lokal.
Salah satunya di bidang makanan atau hidangan pada malam Tiong Ciu, karena di Indonesia Festival ini tak hanya menampilkan hidangan khas Tiongkok, tetapi juga sudah mengalami akulturasi dengan selera lokal.
Berikut beberapa hidangan khas yang sering dijumpai di Indonesia saat perayaan Tiong Ciu Pia.
- Kue Bulan (Tiong Ciu Pia) versi Indonesia
Isi kacang hijau: paling populer di Indonesia karena lebih ringan dibanding isian biji teratai.
Isi durian: inovasi lokal yang banyak disukai, terutama di Medan dan Pontianak.
Isi keju atau cokelat: hasil perpaduan budaya modern dengan selera Nusantara.
Bentuknya bisa bundar klasik atau lebih kecil seperti pia mini, disesuaikan dengan kebiasaan makan orang Indonesia. - Pia Kacang Hijau ala Pontianak & Medan
Versi lokal dari mooncake, kulitnya lebih tipis dan renyah, dengan rasa manis gurih.
Biasanya dijadikan oleh-oleh khas Tionghoa-Indonesia. - Teh Melati atau Teh Hijau
Minuman pendamping wajib saat menikmati kue bulan. Di Indonesia, teh melati lokal sering menggantikan teh oolong Tiongkok. - Hidangan Peranakan
Lumpia Semarang: sering hadir dalam jamuan keluarga Tionghoa saat festival.
Bakpia Pathok Yogyakarta: meski lebih populer sebagai oleh-oleh, kadang dijadikan alternatif kue bulan karena bentuk dan isiannya mirip. - Buah-buahan Musim Panen
Sejalan dengan makna Festival Panen, keluarga Tionghoa-Indonesia kerap menyajikan jeruk Pontianak, apel Malang, hingga pisang sebagai simbol kemakmuran. - Kue Keranjang (Nian Gao)
Meski lebih identik dengan Imlek, di beberapa daerah Tionghoa-Indonesia kue keranjang juga disajikan saat Festival Tiong Ciu Pia sebagai simbol keberuntungan.
Jadi, hidangan khas Festival Tiong Ciu Pia di Indonesia adalah kue bulan dengan variasi rasa lokal (kacang hijau, durian, cokelat, keju), ditemani teh dan kudapan peranakan Nusantara, yang memperlihatkan akulturasi budaya Tionghoa dan Indonesia.
Menurut sosiolog keturunan Tionghoa, Mely Tan masuknya hidangan lokal dalam Festival Tong Ciu Pia dan lain-lain adalah ciri khas Tionghoa di Indonesia.
“Inilah bentuk khas budaya Tionghoa-Indonesia. Tradisi tetap dijaga, tapi adaptasi dengan bahan dan selera lokal membuat perayaan terasa dekat dengan masyarakat luas.”
Simbol Panen dan Kebersamaan
Tak lengkap rasanya Festival Tiong Ciu Pia tanpa buah-buahan musiman. Jeruk Pontianak, apel Malang, dan pisang kerap hadir di meja makan sebagai simbol panen dan kemakmuran. Beberapa keluarga juga menambahkan kue keranjang sebagai doa keberuntungan, meski biasanya identik dengan Imlek.
Festival ini akhirnya bukan hanya tentang hidangan, melainkan juga refleksi identitas: perpaduan antara akar budaya Tionghoa dengan kekayaan kuliner Nusantara. Dari kue bulan rasa durian hingga teh melati yang akrab di lidah, semuanya menjadi bukti bahwa Tiong Ciu Pia di Indonesia punya wajahnya sendiri.