SUGAWA.ID – Festival Chóngyáng atau Festival Sembilan Ganda (重阳节) jatuh pada tanggal 9 bulan 9 dalam kalender Imlek.
Perayaan Festival Chóngyáng ini kerap disebut juga Festival Orang Tua atau Festival Pendakian, karena berkaitan erat dengan penghormatan kepada leluhur, kesehatan, dan doa panjang umur.
Di balik doa dan perayaan yang khidmat, ada sejumlah pantangan dalam Festival Chóngyáng yang sejak zaman kuno dipercaya harus dihindari agar kehidupan tetap seimbang. Pantangan ini tidak hanya terkait takhayul, tetapi juga menyimpan pesan moral dan budaya.
Berikut lima pantangan di Festival Chóngyáng yang masih hidup dalam tradisi Tionghoa hingga kini.
- Tidak Berdiam Diri di Rumah Seharian
Chóngyáng dikenal sebagai hari pendakian gunung atau bukit. Diyakini, angka sembilan yang berulang melambangkan “yang ekstrem”, sehingga tinggal diam di rumah dianggap mengundang energi buruk (煞气 shàqì).
Tradisi mendaki gunung bukan sekadar hiburan, melainkan simbol menjauhi mara bahaya dan mencari keberuntungan.
“Bergerak ke tempat tinggi adalah lambang menghindari kesialan. Itulah sebabnya leluhur kita mewajibkan pendakian di hari ini,” jelas sejarawan budaya Tiongkok, Prof. Li Yanshou.
- Tidak Melupakan Leluhur
Festival ini juga waktu untuk berziarah ke makam leluhur. Mengabaikan penghormatan diyakini membawa ketidakharmonisan keluarga. Menurut kepercayaan, roh leluhur ikut “datang” di hari Chóngyáng untuk menerima doa dan persembahan. Jika dilupakan, rezeki keluarga dipercaya tidak lancar. - Tidak Menolak Minum Arak Krisan
Minum arak bunga krisan (菊花酒 júhuā jiǔ) sudah menjadi tradisi sejak Dinasti Han. Arak ini dipercaya mampu menolak racun dan memperpanjang usia.
Menolak ajakan minum krisan saat Festival Chóngyáng dianggap pantangan, sebab seakan menolak doa panjang umur yang dibawa oleh bunga tersebut.
- Tidak Makan Sembarangan
Pada Chóngyáng, masyarakat biasanya makan kue Chongyang (重阳糕 chóngyáng gāo). Bentuknya bertingkat-tingkat, melambangkan derajat dan umur yang terus naik.
Mengganti kue ini dengan makanan sembarangan dianggap pantangan, sebab sama saja dengan “menurunkan” doa untuk keberuntungan.
- Tidak Melupakan Lansia
Chóngyáng kini juga diperingati sebagai Hari Orang Tua di Tiongkok. Mengabaikan orang tua atau lansia di sekitar dianggap pelanggaran besar. Tradisi ini mengingatkan bahwa menghormati yang tua adalah kunci keseimbangan sosial.
“Menghormati lansia bukan sekadar budaya, tetapi kewajiban moral. Chóngyáng menekankan agar generasi muda selalu ingat pada akar dan asal-usulnya,” ujar antropolog budaya Asia Timur, Dr. Wang Meilin.
Pantangan dalam Festival Chóngyáng bukan sekadar larangan tanpa alasan. Semuanya punya makna simbolis: menjaga kesehatan, mengingat leluhur, menghargai orang tua, dan merawat harmoni.
Di tengah kehidupan modern, sebagian tradisi mungkin terasa kuno. Namun nilai yang terkandung tetap relevan: hidup sehat, bersyukur, dan berbakti.
Chóngyáng pun menjadi pengingat bahwa umur panjang bukan hanya soal tahun yang bertambah, melainkan juga tentang hubungan yang dirawat dan tradisi yang dijaga.