SUGAWA.ID — Di wilayah Tiongkok yang luas, membentang dari pegunungan utara hingga pesisir selatan, tersimpan kekayaan kuliner yang tak kalah megahnya dengan sejarahnya.
Negara terpadat di dunia ini dikenal dengan delapan tradisi kuliner utamanya, yang dikenal sebagai “Ba Da Cai Xi” (八大菜系), atau Delapan Kuliner Khas Tiongkok.
Kedelapan tradisi kuliner ini tidak hanya berbeda dalam cita rasa, tetapi juga mencerminkan iklim, budaya, dan filosofi hidup masyarakat di setiap daerah. Dari hidangan pedas Sichuan hingga cita rasa lembut Jiangsu, setiap daerah memiliki ciri khas tersendiri yang menjadikannya bagian penting dari identitas nasional Tiongkok.
- Masakan Kanton (粤菜 – Yue Cai)
Masakan Kanton, yang berasal dari Provinsi Guangdong, menekankan kesegaran bahan dan keaslian rasa. Hidangan seperti Dim Sum, Char Siu, dan berbagai sup herbal telah menjadi ikon kuliner dunia.
Teknik memasak khas Kanton, seperti mengukus dan menumis, dirancang untuk mempertahankan cita rasa alami bahan-bahannya. Filosofinya sederhana: makanan harus ringan, segar, dan sehat. Karena cita rasanya yang netral dan penerimaannya yang luas, masakan Kanton sering menjadi “duta kuliner” Tiongkok di luar negeri.
- Masakan Sichuan (川菜 – Chuan Cai)
Masakan Sichuan berasal dari Tiongkok barat daya dan dikenal di seluruh dunia karena cita rasanya yang kuat. Ciri khasnya adalah sensasi “ma la”, perpaduan antara pedasnya cabai dan rasa tajam lada Sichuan (hua jiao) yang mematikan.
Hidangan populer seperti Tahu Mapo dan Ayam Kung Pao menonjolkan harmoni rasa pedas, asin, dan sedikit rasa manis. Bagi masyarakat Sichuan, rasa pedas melambangkan semangat dan ketahanan hidup di wilayah beriklim lembap dan dingin.
- Masakan Jiangsu (苏菜 – Su Cai)
Masakan Jiangsu terkenal dengan penyajian dan cita rasanya yang lezat. Hidangan seperti Bakso Kepala Singa (bakso besar dalam kuah bening) dan Ikan Mandarin Asam Manis terkenal karena penyajiannya yang indah dan teknik memasaknya yang halus.
Setiap hidangan Jiangsu disajikan dengan perhatian besar pada estetika, warna, dan tekstur. Tidak heran jika banyak koki istana pada masa Dinasti Qing berasal dari wilayah ini. Rasa yang dominan adalah manis dan gurih, mencerminkan filosofi masyarakat Jiangsu tentang keseimbangan dan ketenangan.
- Masakan Shandong (鲁菜 – Lu Cai)
Shandong, sebuah wilayah pesisir di timur laut Tiongkok, dikenal sebagai pusat kuliner klasik yang menjadi dasar bagi sebagian besar masakan istana kekaisaran. Karakteristik utamanya adalah rasa gurih dan teknik memasak yang menekankan hidangan laut segar.
Hidangan seperti Ikan Mas Asam Manis dan Ayam Rebus Dezhou mencerminkan cita rasa terbuka dan berani masyarakat Shandong. Rasa asin dan kuah kaldu yang kuat merupakan ciri khas masakan daerah ini.
- Masakan Anhui (徽菜 – Hui Cai)
Dari Pegunungan Huangshan, muncul tradisi kuliner Anhui yang menonjolkan bahan-bahan alami seperti bambu muda, jamur hutan, dan herba liar. Masakan ini menggunakan teknik memasak lambat untuk mempertahankan cita rasa alami.
Hidangan seperti Ikan Mandarin Bau dan Rebung Rebus dengan Ham menampilkan cita rasa alami dengan sentuhan pedesaan. Bagi masyarakat Anhui, makanan adalah koneksi langsung dengan alam.
- Masakan Zhejiang (浙菜 – Zhe Cai)
Zhejiang, yang meliputi kota Hangzhou dan Ningbo, menawarkan masakan yang lezat dan segar. Hidangan khas seperti Babi Dongpo, Ayam Pengemis, dan Ikan Danau Barat dalam Saus Cuka menggambarkan kesederhanaan namun tetap elegan.
Masakan Zhejiang menggunakan bahan-bahan dari danau dan sawah, memberikan cita rasa yang ringan dan alami. “Kesegaran adalah inti dari kelezatan,” adalah prinsip yang dipegang teguh oleh penduduk setempat.
- Masakan Fujian (闽菜 – Min Cai)
Dikenal sebagai “dapur laut Tiongkok”, Fujian menawarkan hidangan dengan rasa yang harum dan sedikit manis. Sup merupakan bagian penting dari masakan ini, dengan yang paling terkenal adalah Buddha Melompati Tembok, hidangan mewah yang menggunakan bahan-bahan premium seperti teripang, abalon, dan jamur.
Masakan Fujian menekankan penggunaan kaldu yang kaya dan bahan-bahan yang difermentasi secara alami, menjadikannya salah satu tradisi kuliner Tiongkok yang paling kompleks. Filosofinya adalah bahwa makanan yang baik tidak hanya harus menyentuh langit-langit, tetapi juga jiwa.
- Masakan Hunan (湘菜 – Xiang Cai)
Provinsi di Tiongkok tengah ini berasal dari hidangan-hidangan dengan rasa pedas yang tajam. Berbeda dengan Sichuan, masakan Hunan tidak menggunakan merica Sichuan, melainkan cabai segar dan fermentasi.
Hidangan seperti Kepala Ikan Kukus dengan Cabai dan Babi Asap terkenal karena rasa pedasnya yang intens dan aroma asapnya yang khas. Makanan pedas bagi orang Hunan lebih dari sekadar rasa, tetapi juga cara untuk mengekspresikan energi dan semangat hidup.
Warisan Cita Rasa yang Abadi
Delapan kuliner istimewa ini tak hanya mencerminkan keragaman geografis Tiongkok, tetapi juga keragaman budaya dan filosofi masyarakatnya. Setiap daerah memiliki cara uniknya sendiri dalam menafsirkan rasa, menyeimbangkan unsur panas dan dingin, serta menjaga harmoni antara tubuh dan alam.
Saat ini, di tengah perkembangan modern, tradisi kuliner ini tetap dilestarikan dan diwariskan, baik di restoran mewah di Shanghai maupun di dapur-dapur kecil di desa-desa kuno. Pemerintah Tiongkok bahkan telah menetapkan beberapa tradisi kuliner daerah sebagai warisan budaya takbenda nasional, yang menekankan pentingnya makanan sebagai bagian dari identitas bangsa.
Dari pedasnya Sichuan hingga kelembutan Jiangsu, kuliner Tiongkok membuktikan bahwa makanan bukan hanya tentang rasa, tetapi juga kisah panjang sejarah, manusia, dan budaya yang terjalin dalam setiap suapan.













