SUGAWA.ID – Bagi generasi tua komunitas Tionghoa, nama tokoh Put On tentu akan membangkitkan nostalgia mereka.
Karena Put On si tokoh bertubuh tambun, lugu, yang punya nasib apes tapi kocak ini pernah menghiasi koran-koran populer Indonesia dari tahun 1930-an sampai 1970-an.
Selama tiga dekade, Put On setia menghibur pembaca lewat strip komik di Sin Po, Pantjawarna, hingga Warta Bhakti.
Namun, tidak semua tahu bahwa Put On karya Kho Wan Gie (1908–1983), pelukis keturunan Tionghoa Indonesia ini ternyata adalah komik strip Indonesia pertama.
Tokoh Put On lahir saat pembaca di masa itu selalu disuguhi pahlawan luar negeri seperti Flash Gordon. Saat itulah Kho Wan Gie hadir dengan tokoh lokal yang dekat dengan keseharian masyarakat Tionghoa di Indonesia.
Dari Sin Po hingga Berhenti Pascaperistiwa 1965
Put On pertama kali terbit pada 7 Februari 1931, bertepatan dengan Tahun Baru Imlek. Sejak itu, ia hadir terus menemani pembaca. Meski sempat vakum di masa pendudukan Jepang. Setelah Indonesia merdeka, Put On kembali hidup. Ia pun berpindah ke berbagai koran, hingga akhirnya berhenti terbit pasca-1965 ketika Warta Bhakti ikut ditutup.
Isi cerita Put On sederhana: keseharian seorang bujangan Tionghoa di Jakarta. Tapi lewat humor, Kho Wan Gie berhasil merekam banyak isu penting: dari banjir, antre minyak tanah, pesta olahraga (GANEFO), hingga semangat pembebasan Irian Barat. Tak heran jika tokoh ini sering dianggap sebagai “cermin zaman” bagi pembacanya.
Lebih dari Sekadar Komik Lucu
Sinolog Myra Sidharta pernah menyebut Put On sebagai “panduan budaya”.
Menurutnya, siapa pun yang mengikuti kisah Put On bisa memahami bagaimana masyarakat Tionghoa di Indonesia beradaptasi dengan perubahan sosial dan politik di sekitarnya.
Put On bukan sekadar komik hiburan. Ia adalah satir halus, kritik sosial, sekaligus dokumentasi hidup komunitas Tionghoa kelas menengah di Jakarta pada masanya.
Pada 2008, tepat seratus tahun kelahiran Kho Wan Gie, komik Put On diterbitkan ulang oleh penerbit Pustaka Klasik. Tujuannya sederhana: melestarikan karya anak bangsa yang sempat terlupakan. Apalagi banyak naskah asli Put On yang tidak tersimpan dengan baik di lembaga arsip nasional.
Meski lahir puluhan tahun lalu, cerita Put On tetap relevan. Humor polosnya bisa membuat kita tertawa, sekaligus mengingatkan bahwa komik bisa jadi cara paling ringan untuk memahami sejarah dan masyarakat.
Put On mungkin hanya tokoh fiksi, tapi jejaknya adalah bagian penting dari perjalanan budaya populer Indonesia.