SUGAWA.ID — Siapa yang tidak kenal es krim? Camilan manis dan dingin ini kini menjadi bagian dari gaya hidup global, mulai dari kafe modern hingga gerobak jajanan kaki lima.
Namun, tidak banyak orang yang tahu bahwa asal usul es krim pertama di dunia sebenarnya berakar di Tiongkok kuno, ribuan tahun sebelum munculnya freezer dan kulkas.
Bagi masyarakat modern, es krim mungkin sekadar camilan menyegarkan untuk mengusir panas. Namun di masa lalu, es krim merupakan simbol kemewahan, kekuasaan, dan pengetahuan. Di balik sensasi dinginnya gigitan es krim terdapat sejarah panjang inovasi yang dimulai di istana kekaisaran.
Dari Pegunungan Bersalju ke Meja Kaisar
Catatan sejarah menunjukkan bahwa kebiasaan menikmati makanan dingin berasal dari Tiongkok sekitar 2.000 tahun yang lalu, pada masa Dinasti Tang (618–907 M). Selama periode ini, Kaisar Tang Xuanzong dikenal gemar menikmati makanan eksotis—termasuk hidangan beku yang hanya disajikan di musim panas.
Para juru masak istana menyiapkan campuran susu kambing, tepung beras, dan kamper (zat pendingin), yang kemudian didinginkan dengan es alami yang disimpan di ruang bawah tanah istana. Es tersebut diimpor dari pegunungan bersalju di Tiongkok utara dan disimpan di ruangan-ruangan besar yang disebut bing shi (冰室), atau “rumah es”.
Bagi rakyat jelata, es merupakan kemewahan. Hanya bangsawan dan kaisar yang dapat menikmatinya. Catatan kuno Tang Hui Yao menyebutkan bahwa kaisar memiliki lebih dari 90 rumah es di seluruh halaman istana, semata-mata untuk menjaga persediaan es selama musim panas.
Dinasti Yuan: Ketika Susu dan Salju Bertemu
Namun, bentuk es krim yang lebih mirip dengan yang kita kenal sekarang baru muncul pada masa Dinasti Yuan (1271–1368), ketika bangsa Mongol menguasai Tiongkok. Periode ini ditandai dengan percampuran budaya Asia dan Timur Tengah, terutama melalui perdagangan di Jalur Sutra.
Legenda populer mengatakan bahwa seorang bangsawan Mongol mencampur susu fermentasi dan madu, lalu menempatkannya dalam wadah logam yang terkubur di tumpukan salju dan garam batu untuk mempercepat pembekuan. Teknik ini memanfaatkan prinsip kimia: garam menurunkan titik beku air, sehingga campuran tersebut membeku tanpa berubah menjadi es yang keras.
Proses ini diyakini sebagai cikal bakal es krim modern. Resep dan teknik ini kemudian menyebar melalui para pedagang ke Timur Tengah dan Eropa. Beberapa sejarawan bahkan percaya bahwa penjelajah Italia Marco Polo membawa inspirasi es krim dari Tiongkok ke Eropa pada abad ke-13.
Dari Istana ke Jalanan
Berabad-abad kemudian, es krim bukan lagi simbol kekuasaan. Seiring berkembangnya teknologi pembuatan es pada abad ke-19, es krim mulai dijual di pasar-pasar di kota-kota besar seperti Shanghai dan Beijing.
Orang Tiongkok menciptakan berbagai versi tradisional, seperti:
Baobing (刨冰): es serut halus yang disiram sirup manis dan kacang merah, sering disajikan dengan buah atau susu kental manis.
Tang bing (糖冰): permen beku yang terbuat dari sirup gula yang dibekukan di atas salju.
Nai bing (奶冰): es susu yang diadaptasi dari resep istana, kini populer di warung-warung tradisional.
Sejak saat itu, es krim mulai menjadi bagian dari budaya rakyat. Tidak lagi eksklusif untuk para kaisar, es krim menjadi simbol kenikmatan kecil di tengah teriknya musim panas.
Perpaduan Tradisi dan Modernitas
Saat ini, industri es krim Tiongkok sedang berkembang pesat dan telah menjadi salah satu yang terbesar di dunia. Merek-merek besar seperti Yili, Mengniu, dan Wall’s China memproduksi jutaan batang es krim setiap hari dengan beragam rasa yang terus berkembang: mulai dari teh hijau, durian, osmanthus, hingga kacang merah klasik.
Namun, di tengah modernisasi ini, semangat kuno tetap hidup. Banyak toko tradisional di kota-kota seperti Xi’an, Chengdu, dan Hangzhou masih menyajikan es krim buatan tangan, resep yang diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi keluarga kekaisaran.
Koki Liu Wen, seorang pembuat es krim artisan di Beijing, mengatakan bahwa kunci es krim Tiongkok kuno bukan terletak pada bahan-bahannya, melainkan pada filosofi keseimbangan.
“Es krim bukan hanya tentang dingin,” ujarnya sambil tersenyum. “Dalam budaya kami, makanan beku adalah cara untuk menenangkan hati dan menyeimbangkan panas tubuh. Itulah sebabnya rasa dan suhu harus selaras.”
Warisan Segar dari Masa Lalu
Meskipun sulit untuk menentukan “penemu” es krim yang sebenarnya, sejarah menunjukkan bahwa Tiongkok memainkan peran penting dalam kelahirannya. Dari teknik pembekuan alami, penggunaan susu, hingga pencampuran madu dan buah, semuanya meletakkan dasar bagi apa yang kita nikmati saat ini dalam bentuk es krim modern.
Saat ini, setiap kali seseorang menikmati sesendok es krim—entah vanila atau matcha—tanpa disadari mereka sedang mencicipi jejak sejarah kuliner Tiongkok yang panjang.
Lebih dari sekadar hidangan penutup, es krim adalah bukti bahwa kenikmatan dan inovasi dapat bertahan selama ribuan tahun, lintas budaya, era, dan benua.
Fakta Menarik
Es pertama di Tiongkok disimpan dalam bing shi (toples es) sejak tahun 1100 SM pada masa Dinasti Zhou.
Kaisar Tang Xuanzong diketahui telah memerintahkan pembuatan “susu beku” sebagai hidangan lezat di musim panas.
Ilmu mencampur garam dan es untuk menurunkan suhu telah dikenal di Tiongkok ratusan tahun sebelum digunakan di Eropa.
Dari pegunungan bersalju di Cina utara hingga lemari es modern, kisah es krim membuktikan satu hal: rasa segar dan manis selalu berhasil melampaui waktu.













