SUGAWA.ID — Jika ada satu periode yang dianggap sebagai fondasi peradaban Tiongkok, itu adalah Dinasti Han. Di sinilah bangsa Tiongkok membangun identitas budaya, bahasa, dan sistem sosial yang bertahan selama ribuan tahun. Tak heran jika hingga kini, mayoritas kelompok etnis di Tiongkok menyebut diri mereka sebagai “orang Han.”
Di bawah Dinasti Han, Tiongkok berkembang menjadi salah satu kekaisaran terkuat di dunia kuno. Ilmu pengetahuan, perdagangan, seni, dan pemerintahan mencapai puncaknya. Namun di balik kemegahan ini terdapat pergulatan panjang antara ambisi akan kekuasaan dan keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Awal Mula Kebangkitan Dinasti Han
Dinasti Han didirikan pada tahun 206 SM, setelah Liu Bang, seorang petani yang menjadi panglima perang, berhasil menggulingkan Dinasti Qin yang tiran. Liu Bang kemudian naik takhta sebagai Kaisar Gaozu, menjadi pendiri Dinasti Han.
Tidak seperti para pendahulunya yang keras dan otoriter, Liu Bang berusaha memerintah dengan kebijakan yang lebih manusiawi. Ia menghapuskan sebagian sistem hukum Dinasti Qin yang keras dan memungkinkan rakyat untuk pulih dari penderitaan mereka.
Kebijakan ekonomi yang lebih ramping dan pengurangan kerja paksa memulihkan kemakmuran rakyat. Sejak saat itu, stabilitas mulai muncul, dan Dinasti Han tumbuh menjadi kekaisaran yang luas yang bertahan selama lebih dari empat abad (206 SM – 220 M).
Kemajuan dan Kejayaan
Masa keemasan Dinasti Han mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Kaisar Wu (Han Wudi), yang berkuasa dari tahun 141 hingga 87 SM. Di bawah kepemimpinannya, kekaisaran meluas hingga ke Asia Tengah dan Semenanjung Korea.
Selain perluasan wilayah, Han Wudi juga memperkuat sistem administrasi dan pendidikan. Ia menetapkan Konfusianisme sebagai ideologi fundamental negara—sebuah warisan yang tetap menjadi inti tatanan moral dan sosial Tiongkok hingga saat ini.
Pada periode ini pula Jalur Sutra mulai dibuka. Rute perdagangan ini, yang membentang dari Chang’an (sekarang Xi’an) hingga Persia dan Romawi, menghubungkan Timur dan Barat untuk pertama kalinya dalam sejarah. Di sepanjang rute inilah sutra, teh, rempah-rempah, logam, dan budaya Tiongkok menyebar ke seluruh dunia kuno.
Penemuan dan Sains
Dinasti Han tidak hanya sukses secara politik, tetapi juga menghasilkan beberapa inovasi besar yang mengubah sejarah dunia. Beberapa penemuan penting pada masa itu antara lain:
Kertas: Diciptakan oleh Cai Lun pada tahun 105 M, penemuan ini merevolusi cara manusia mencatat dan menyebarkan pengetahuan.
Kompas dan astronomi awal: Ilmuwan Han memahami pergerakan bintang dan menciptakan alat untuk menentukan arah.
Metalurgi: Besi dan baja mulai digunakan dalam skala besar untuk pertanian dan senjata.
Pengobatan tradisional: Catatan tentang akupunktur dan pengobatan herbal berkembang pesat selama periode ini.
Kemajuan ini menjadikan Dinasti Han dikenal sebagai salah satu pusat ilmu pengetahuan dan budaya terbesar di dunia kuno, setara dengan Romawi dan India.
Budaya dan Kehidupan Sosial
Masyarakat Han Tiongkok sangat dipengaruhi oleh Konfusianisme, yang menekankan pentingnya moralitas, kesetiaan keluarga, dan penghormatan kepada leluhur. Dalam keluarga, ayah dianggap sebagai pemimpin, dan pendidikan anak laki-laki merupakan prioritas utama.
Seni dan sastra juga berkembang pesat. Puisi klasik, musik istana, dan lukisan tinta menjadi dikenal luas. Salah satu karya besar dari periode Han adalah “Shi Ji” (Catatan Sejarawan Agung) karya Sima Qian, yang tetap menjadi sumber utama bagi para sejarawan yang memahami sejarah Tiongkok.
Lebih lanjut, pakaian khas hanf jubah panjang berlengan lebar berasal dari era ini dan kini populer di kalangan generasi muda Tiongkok sebagai simbol kebanggaan budaya.
Kemunduran dan Kejatuhan
Namun, bagaikan roda sejarah, kejayaan Dinasti Han perlahan meredup. Setelah wafatnya Kaisar Wu, korupsi dan perebutan kekuasaan di dalam istana mulai menggerogoti stabilitas pemerintahan.
Para pejabat kaya dan keluarga bangsawan berebut pengaruh, sementara rakyat kembali menderita akibat pajak yang tinggi dan perang saudara. Pada abad ke-2 Masehi, sebuah pemberontakan besar yang dikenal sebagai Pemberontakan Serban Kuning (Huang Jin Zhi Luan) meletus, menandai awal kemerosotan kekaisaran.
Akhirnya, pada tahun 220 Masehi, Dinasti Han resmi runtuh dan digantikan oleh periode Tiga Kerajaan (San Guo), salah satu periode paling terkenal dalam sejarah Tiongkok klasik.
Warisan Abadi
Meskipun telah berakhir ribuan tahun yang lalu, pengaruh Dinasti Han masih terasa dalam berbagai aspek kehidupan Tiongkok modern. Bahasa Mandarin yang digunakan saat ini berasal dari bahasa Han kuno. Busana, sistem pendidikan, bahkan nilai-nilai sosial yang menekankan kesopanan dan keharmonisan keluarga, semuanya berakar pada periode ini.
Para sejarawan menyebut Dinasti Han sebagai “cermin emas” Tiongkok masa ketika bangsa tersebut menemukan jati dirinya.
“Dinasti Han bukan hanya periode pemerintahan, tetapi juga identitas,” tulis sejarawan Joseph Needham. “Dinasti ini meletakkan fondasi bagi budaya Tiongkok selama dua ribu tahun berikutnya.”













