SUGAWA.ID — Di banyak rumah di Tiongkok, posisi pintu, penempatan cermin, orientasi tempat tidur, bahkan bentuk meja kerja bukanlah sesuatu yang sembarangan. Segala sesuatu memiliki makna, dan semuanya mengikuti harmoni. Prinsip ini disebut feng shui (风水) — sebuah seni kuno yang berupaya menyeimbangkan manusia dan alam semesta melalui penataan ruang dan pengarahan energi.
Meskipun berasal dari Tiongkok ribuan tahun yang lalu, feng shui tetap menjadi bagian penting dalam kehidupan modern. Dari gedung-gedung tinggi di Shanghai hingga apartemen minimalis di Jakarta, konsep ini tetap dipraktikkan, menunjukkan bahwa keseimbangan bukan sekadar keyakinan, melainkan kebutuhan universal.
Akar Filosofis Alam
Kata feng shui secara harfiah berarti angin dan air. Dalam pemikiran Tiongkok kuno, kedua elemen ini melambangkan kekuatan alam yang tak terlihat namun dahsyat yang memengaruhi kehidupan manusia. Filosofi ini berakar pada ajaran Tao, yang menekankan keseimbangan antara Yin dan Yang—dua energi yang berlawanan namun saling melengkapi. Yin melambangkan kegelapan, kelembutan, dan kepasifan; sementara Yang melambangkan cahaya, kekerasan, dan aktivitas. Ketika keduanya selaras, kehidupan mengalir seimbang.
Feng shui berkaitan erat dengan konsep Qi (气), energi vital yang mengalir antara langit, bumi, dan manusia. Tugas seorang ahli feng shui adalah memastikan kelancaran aliran Qi ini, yang membawa keberuntungan, kesehatan, dan kemakmuran bagi penghuni suatu ruangan.
Dari Makam hingga Pencakar Langit
Menariknya, feng shui awalnya tidak diterapkan pada rumah, melainkan pada penataan makam leluhur. Orang Tionghoa percaya bahwa jika tempat peristirahatan terakhir seseorang memiliki aliran energi yang baik, keturunannya akan sejahtera. Baru kemudian, pada masa Dinasti Han dan Tang, prinsip-prinsip feng shui mulai diterapkan pada arsitektur rumah, istana, dan kota.
Contohnya dapat dilihat pada tata letak Kota Terlarang di Beijing. Kompleks istana ini dibangun mengikuti prinsip pakua (八卦), delapan arah simbolis yang membentuk dasar keseimbangan energi. Pegunungan di utara berfungsi sebagai perlindungan, dan sungai di selatan sebagai pembawa keberuntungan. Tata letak ini menunjukkan keyakinan bahwa bahkan kekuasaan pun harus tunduk pada harmoni alam.
Saat ini, bahkan gedung pencakar langit modern di Tiongkok pun masih menganut prinsip feng shui. Misalnya, Menara Bank of China di Hong Kong dikritik karena bentuknya yang “tajam”, yang menghambat aliran energi di sekitar kawasan bisnis. Sejak saat itu, banyak arsitek mulai menggunakan jasa konsultan feng shui untuk memastikan desain dan keseimbangan spiritual.
Simbol, Warna, dan Arah: Bahasa Energi
Dalam feng shui, setiap arah mata angin memiliki elemen dan maknanya sendiri. Timur dikaitkan dengan kayu dan pertumbuhan, barat dengan logam dan kekuatan, selatan dengan api dan kemakmuran, dan utara dengan udara dan ketenangan. Oleh karena itu, penempatan furnitur, warna dinding, dan tata letak ruangan harus dipertimbangkan dengan cermat.
Misalnya, meja kerja tidak boleh menghadap langsung ke pintu, karena aliran energi yang masuk akan terlalu kuat dan dapat menyebabkan stres. Tempat tidur tidak boleh sejajar dengan pintu kamar tidur, karena Qi yang keluar dapat mengganggu tidur nyenyak. Merah sering digunakan di ruang tamu karena melambangkan keberuntungan, sementara hijau di ruang keluarga membawa kesejukan dan harmoni.
Simbol juga memainkan peran penting. Cermin dipercaya dapat memperkuat energi positif, sementara air mancur kecil di depan rumah dipercaya dapat menarik keberuntungan. Semua ini mencerminkan keyakinan bahwa keberuntungan tidak datang begitu saja, tetapi perlu diundang melalui keseimbangan ruang dan niat.
Feng Shui di Dunia Modern
Di era urbanisasi dan teknologi ini, feng shui telah menemukan bentuk baru. Banyak perusahaan besar di Tiongkok dan Asia Timur masih menggunakan prinsip-prinsipnya untuk menentukan lokasi kantor, arah masuk, dan bahkan tanggal peluncuran produk. Sementara itu, di Barat, feng shui didefinisikan sebagai bagian dari desain interior yang menekankan keseimbangan, pencahayaan alami, dan aliran udara yang sehat.
Meskipun beberapa orang menganggap feng shui sebagai kepercayaan tradisional tanpa dasar ilmiah, prinsip-prinsipnya tak terbantahkan selaras dengan psikologi modern. Tata letak yang rapi, warna yang menenangkan, dan pencahayaan yang baik telah terbukti meningkatkan produktivitas dan kebahagiaan. Dalam hal ini, feng shui bukan sekadar mistis, melainkan seni memahami kenyamanan manusia.—
Lebih dari Sekadar Keberuntungan
Feng shui sering kali dipandang hanya sebagai cara untuk mencari keberuntungan atau menarik keberuntungan, tetapi maknanya yang lebih dalam jauh lebih luas. Prinsip-prinsip dasarnya mengajarkan manusia untuk hidup selaras dengan alam, menghargai keseimbangan, dan menjaga keharmonisan dalam setiap aspek kehidupan.
Di dunia yang serba cepat dan bising saat ini, feng shui dapat menjadi pengingat bahwa ketenangan tidak selalu harus dicari dari luar, tetapi dapat diciptakan melalui cara kita menata ruang, pikiran, dan hati kita. Karena pada akhirnya, rumah yang baik bukan sekadar tempat berteduh dari hujan, tetapi tempat di mana energi kita dipulihkan dan hidup kita terasa seimbang.













