SUGAWA.ID – Dalam ribuan tahun sejarah kekaisaran Tiongkok, banyak kaisar yang dikenang sebagai pemersatu bangsa atau pelindung rakyat.
Namun, tidak sedikit pula Kaisar Tiongkok yang dicap sebagai penguasa lalim, penuh intrik, dan kejam dalam memperlakukan rakyat maupun keluarganya sendiri.
Berikut lima kaisar Tiongkok yang namanya tercatat dalam sejarah sebagai penguasa paling bengis di dunia
- Qin Shi Huang (Qin Dynasty, 259–210 SM)
Kaisar pertama yang berhasil menyatukan Tiongkok ini dikenal sebagai tokoh besar, tapi juga terkenal karena kekejamannya.
Qin Shi Huang membakar ribuan kitab kuno dan mengubur hidup-hidup para sarjana yang menentangnya. Rakyat dipaksa bekerja tanpa henti membangun Tembok Besar, mausoleum megah, dan ribuan patung prajurit terracotta.
Sejarawan John Man dalam bukunya The Terracotta Army menyebut Qin Shi Huang sebagai “simbol ambisi besar sekaligus teror politik yang membuat rakyat tunduk, bukan karena cinta, melainkan karena takut.”
- Kaisar Yang dari Sui (569–618)
Kaisar Yang dianggap sebagai salah satu penguasa paling boros dan bengis. Ia memerintahkan pembangunan Grand Canal yang megah, tapi dengan mengorbankan jutaan rakyat sebagai pekerja paksa. Pajak mencekik, perang sia-sia melawan Korea, dan gaya hidup mewahnya membuat rakyat menderita.
Menurut sejarawan Arthur F. Wright, “Dinasti Sui runtuh bukan hanya karena faktor eksternal, melainkan karena kezaliman internal yang dipersonifikasikan oleh Kaisar Yang.”
- Kaisar Wu Zetian (624–705, Dinasti Tang)
Satu-satunya kaisar perempuan dalam sejarah Tiongkok ini dikenal ambisius dan cerdas, tapi juga ditakuti karena kebijakan politiknya yang kejam. Wu Zetian dilaporkan tidak segan menyingkirkan pesaing, bahkan dari keluarganya sendiri.
Profesor Patricia Ebrey dari University of Washington menulis bahwa Wu Zetian “menguasai seni kekuasaan dengan cara yang jarang dilakukan perempuan pada masanya, tetapi warisan politiknya tetap dibayangi tuduhan kekejaman yang tidak sedikit.”
- Kaisar Hongwu (1328–1398, Dinasti Ming)
Zhu Yuanzhang, pendiri Dinasti Ming, awalnya dipuja sebagai penyelamat rakyat dari penjajahan Mongol. Namun, setelah berkuasa, ia berubah menjadi penguasa penuh kecurigaan. Ribuan pejabat dihukum mati karena dituduh berkhianat.
Historikus Ray Huang menyebut dalam 1587: A Year of No Significance bahwa “rasa curiga Hongwu membuatnya membangun sistem politik berbasis ketakutan, bukan kepercayaan.”
- Kaisar Guangxu (1871–1908, Dinasti Qing) – dengan pengaruh Ibu Suri Cixi
Meski Guangxu sendiri bukan tokoh paling kejam, masa pemerintahannya dikendalikan Ibu Suri Cixi yang terkenal bengis.
Reformasi Guangxu sering digagalkan oleh Cixi, dan siapa pun yang menentang politik istana bisa dihukum mati atau diasingkan.
Jonathan Spence, sejarawan Tiongkok modern, menulis bahwa “di balik wajah Dinasti Qing yang melemah, intrik dan kekejaman Cixi menunjukkan bagaimana kekuasaan bisa dilanggengkan meski mengorbankan masa depan bangsa.”
Sejarah menunjukkan bahwa kejayaan sering dibangun di atas penderitaan rakyat. Para kaisar kejam ini meninggalkan warisan besar—tembok raksasa, kanal, sistem hukum, hingga catatan sejarah—namun juga meninggalkan luka mendalam. Bagi sejarawan, mereka adalah pengingat bahwa kekuasaan tanpa kontrol bisa berubah menjadi kekejaman.