SUGAWA.ID – Tiongkok dikenal sebagai negeri dengan sejarah panjang, dinasti megah, dan budaya yang kaya. Namun, di balik narasi yang sering didominasi laki-laki, ada sosok-sosok perempuan berpengaruh dari Tiongkok yang perannya begitu menentukan, baik dalam politik, seni, maupun pemikiran.
Para perempuan berpengaruh dari Tiongkok ini bukan hanya jadi ikon pada masanya, tapi juga meninggalkan jejak berharga bagi generasi setelahnya.
Menurut Prof. Li Zhang, sejarawan Universitas Peking, “Tokoh-tokoh perempuan ini berhasil menembus keterbatasan peran gender tradisional. Keberhasilan mereka adalah hasil kombinasi kekuatan pribadi, konteks sejarah, dan kesempatan yang mereka tangkap dengan berani.”
Prof. Li Zhang juga menekankan para perempuan berpengaruh dari Tiongkok ini berhasil bukan karena sistem memberi ruang, tapi karena mereka memaksa sistem itu mengakui keberadaan mereka. Di situlah letak pengaruh sejati yang mereka miliki.
Berikut adalah lima perempuan berpengaruh dari Tiongkok yang layak dikenang sepanjang masa.
- Wu Zetian – Kaisar Perempuan Satu-satunya
Wu Zetian (624–705) mendobrak tabu besar dengan naik takhta sebagai satu-satunya perempuan yang memerintah sebagai Kaisar di daratan Tiongkok.
Wu Zetian dikenal sangat ambisius, tapi juga visioner, mendorong reformasi pendidikan dan memperluas pengaruh Dinasti Tang.
Sejarawan budaya Tiongkok, Dr. Jonathan Spence, menilai Wu Zetian sebagai contoh bagaimana seorang perempuan bisa memanfaatkan struktur birokrasi untuk membangun legitimasi politiknya.
- Permaisuri Cixi – Sang Penguasa di Balik Tirai
Permaisuri Cixi (1835–1908) selama hampir setengah abad menjadi pengendali Dinasti Qing.
Meski citranya sering dipandang negatif, Cixi memainkan peran besar dalam mempertahankan stabilitas kekaisaran di tengah tekanan kolonialisme.
Prof. Michael Dillon, ahli sejarah Tiongkok modern menyebut Cixi sering digambarkan otoriter, tetapi tanpa kepemimpinannya, Qing mungkin runtuh lebih cepat.
“Ia adalah produk dari masa krisis sekaligus respon terhadapnya,” katanya.
- Qiu Jin – Joan of Arc dari Tiongkok
Qiu Jin (1875–1907) dikenal sebagai pejuang revolusi sekaligus feminis awal dari tanah daratan.
Ia menolak tradisi ikat kaki dan memperjuangkan pendidikan bagi perempuan, dan terlibat aktif dalam perlawanan melawan Dinasti Qing.
Sejarawan gender Tiongkok, Prof. Tani Barlow, menyebut Qiu Jin sebagai “ikon transisi,” karena ia mewakili pergeseran dari tradisi patriarki menuju gagasan kesetaraan modern.
- Soong Mei-ling – Ibu Bangsa Modern
Soong Mei-ling (1898–2003), istri Chiang Kai-shek, adalah diplomat ulung yang fasih berbahasa Inggris dan tampil memikat di forum internasional.
Ia menjembatani Tiongkok dengan Barat pada masa Perang Dunia II.
Menurut Dr. Rana Mitter, sejarawan Universitas Oxford, Soong Mei-ling membentuk citra Tiongkok modern di mata dunia. Ia menggabungkan kecerdasan, pesona, dan nasionalisme pada saat yang sangat menentukan.
- Tu Youyou – Penyelamat Jutaan Nyawa
Tu Youyou (lahir 1930), ilmuwan farmasi, menemukan artemisinin—obat malaria yang menyelamatkan jutaan jiwa di seluruh dunia. Atas jasanya, ia menerima Nobel Kedokteran tahun 2015.
Prof. William Alford dari Harvard Law School menyebut Tu sebagai “simbol kontribusi global Tiongkok melalui ilmu pengetahuan modern, sekaligus bukti bahwa penelitian berbasis tradisi bisa menjawab tantangan medis internasional.”
Kelima tokoh ini menunjukkan bahwa pengaruh perempuan Tiongkok tidak terbatas pada ruang domestik, tetapi juga meluas ke ranah politik, kebudayaan, perjuangan nasional, hingga ilmu pengetahuan. Dari kaisar dan permaisuri hingga ilmuwan dan pejuang revolusi, mereka membuktikan bahwa sejarah Tiongkok dibentuk juga oleh tangan-tangan perempuan yang berani.