SUGAWA.ID – Nama Greta Thunberg selama ini identik dengan isu perubahan iklim. Aktivis asal Swedia ini menjadi ikon global sejak remaja, berkat keberaniannya menantang para pemimpin dunia dengan kalimat tajam: “How dare you?”
Namun pada pertengahan 2025, ia kembali menjadi sorotan dunia bukan karena aksi lingkungan, melainkan karena Greta Thunberg ditangkap oleh tentara Israel saat berupaya mengirim bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Greta Tintin Eleonora Ernman Thunberg alias Greta Thunberg lahir pada 3 Januari 2003 di Stockholm, Swedia. Ia dibesarkan dalam keluarga seniman — ayahnya seorang aktor, ibunya penyanyi opera.
Di usia 15 tahun, Greta Thunberg mulai melakukan protes kecil di depan parlemen Swedia dengan papan bertuliskan “Skolstrejk för klimatet” (Mogok Sekolah untuk Iklim).
Aksi yang awalnya dilakukan sendirian itu berkembang menjadi gerakan global Fridays for Future, diikuti jutaan pelajar di berbagai negara. Greta menjadi simbol generasi muda yang menuntut tindakan nyata terhadap krisis iklim.
Ia berpidato di forum dunia, menolak naik pesawat demi mengurangi emisi karbon, dan bahkan menyeberangi Samudra Atlantik dengan kapal layar untuk menghadiri KTT Iklim PBB di New York. Tahun 2019, majalah TIME menobatkannya sebagai Person of the Year, menjadikannya orang termuda yang pernah meraih gelar itu.
Pada Juni 2025, Greta memperluas fokus perjuangannya. Ia bergabung dengan Freedom Flotilla Coalition (FFC), kelompok internasional yang berupaya mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza di tengah blokade laut Israel.
Kapal yang ditumpanginya, Madleen, membawa beras, obat-obatan, dan perlengkapan bayi untuk warga Gaza. Bersama belasan aktivis lain dari berbagai negara, Greta berlayar dari Sisilia menuju Palestina — misi yang disebutnya sebagai “aksi solidaritas untuk kehidupan dan keadilan.”
Namun pada 9 Juni 2025, kapal itu dicegat militer Israel di perairan internasional. Menurut laporan, pasukan Israel kemudian menyeret kapal ke pelabuhan Ashdod dan menahan seluruh awaknya. Greta termasuk di antara yang dideportasi setelah menjalani pemeriksaan.
Setelah pembebasannya, Greta mengungkapkan bahwa para aktivis mengalami perlakuan buruk selama penahanan. Dalam pernyataannya, ia menuduh pasukan Israel melakukan tindakan kasar, termasuk penghinaan dan kekerasan verbal.
Laporan The Guardian menyebut beberapa anggota flotilla mengaku dipaksa memegang bendera Israel dan mengalami pemukulan ringan. Amnesty International dan beberapa lembaga HAM internasional mengecam tindakan Israel, menyebutnya sebagai pelanggaran hukum laut internasional karena intersepsi dilakukan di perairan internasional.
Sementara itu, pemerintah Israel menegaskan bahwa blokade laut ke Gaza sah berdasarkan alasan keamanan dan bahwa para aktivis “memasuki wilayah maritim tanpa izin.”
Peristiwa ini menjadi bab baru dalam perjalanan Greta Thunberg. Jika sebelumnya ia dikenal sebagai simbol perlawanan terhadap ketidakadilan lingkungan, kini ia juga menjadi ikon solidaritas kemanusiaan lintas isu.
“Tidak ada perdamaian tanpa keadilan, dan tidak ada keadilan tanpa keberanian untuk menentang penindasan,” tulis Greta di akun X (Twitter)-nya usai dideportasi. Ucapan itu mempertegas posisinya sebagai aktivis yang menolak diam terhadap penderitaan manusia — baik karena perubahan iklim maupun konflik politik.
Sejak insiden itu, Greta mulai menautkan perjuangan iklim dengan isu kemanusiaan, menekankan bahwa krisis iklim dan perang sama-sama menghancurkan masa depan generasi muda. Ia menyerukan agar dunia tidak menutup mata terhadap “bentuk penjajahan modern yang merampas hak hidup manusia dan alam.”
Kisah Greta Thunberg menunjukkan bagaimana seorang remaja bisa mengguncang sistem global dengan kata-kata dan tindakan moral. Dari mogok sekolah di Stockholm hingga ditangkap di Gaza, langkahnya mencerminkan keyakinan bahwa perubahan besar sering dimulai dari keberanian kecil.
Meski dikritik dan dicemooh oleh sebagian pihak, Greta tetap teguh pada prinsipnya: berbicara ketika dunia memilih diam. Kini, ia tidak hanya menjadi suara bagi bumi, tetapi juga bagi kemanusiaan yang terluka di berbagai belahan dunia.





_-_panoramio-e1760928594996.jpg)


-e1760098626616.jpg)




