SUGAWA.ID – Sedikit penulis yang mampu membuat dunia fiksi terasa seperti sejarah. Namun baginya, dunia bukan sekadar latar; ia adalah bahasa, bangsa, dan legenda yang berdetak layaknya dunia nyata. Prinsip inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya Karya Sastra Fantasi terbaik yang bernama Lord of The Rings, yang bukan hanya mengubah wajah sastra fantasi, tapi juga membentuk imajinasi modern tentang pahlawan, kejahatan, dan harapan. Dan orang yang dibalik itu semua adalah J.R.R Tolkien
John Ronald Reuel Tolkien atau biasa dikenal J.R.R Tolkien adalah seorang akademisi, linguis, dan peneliti mitologi Nordik serta Anglo-Saxon. di universitas Oxford yang suka menjadikan bahasa sebagai media penghilang rasa bosan.
Di sela sela waktu mengajarnya, J.R.R Tolkien mengembangkan Quenya dan Sindarin, bahasa para elf yang berakar pada struktur linguistik Finlandia dan Welsh, dia juga mengembangkan tata bahasa serta sistem penulisan dari bahasa yang dia ciptakan, seperti bahasa dwarf Khuzdul dan bahasa Entish untuk kaum ent (pohon).
Dari kumpulan bahasa bahasa yang diciptakan Tolkien, lahirlah Middle-earth yang kemudian menjadi latar dunia Lord of The Rings. bagi Tolkien, bahasa bukan sekadar alat komunikasi; bahasa adalah akar dari budaya dan imajinasi. Ketika Bahasa diciptakan, aspek lainnya akan mengalir mengikuti.
Melalui The Lord of the Rings (1954–1955), Tolkien membuktikan bahwa fantasi bisa memiliki kedalaman moral dan filsafat setara epik klasik. Dunia Middle-earth memiliki mitologi, geografi, dan silsilah yang disusun dengan cukup detail. Tolkien memandang dunia fantasi dengan keseriusan seorang sejarawan, lengkap dengan bahasa, peta, dan legenda kuno yang ditulis.
Lewis, sahabat dekatnya sekaligus penulis The Chronicles of Narnia, pernah berkata bahwa Tolkien “tidak sekadar bercerita — ia menciptakan dunia baru, dan mengundang kita untuk mempercayainya.”
Kini, warisan Tolkien terasa di mana-mana: dari novel Harry Potter hingga serial Game of Thrones. Setiap kisah tentang kerajaan kuno, ras magis, dan perjalanan epik berhutang sesuatu pada visinya.
Namun yang paling menakjubkan adalah kesetiaan pembacanya. Lebih dari setengah abad setelah terbit, The Lord of the Rings tetap menjadi bacaan spiritual bagi banyak orang, bukan karena naga atau cincin sihirnya, tapi karena detail dan kedalaman tiap tiap aspek dalam dunia Middle earth itu sendiri, yang merupakan buah tangan dari Tolkien sebagai arsitek jenius dalam dunia fantasi





_-_panoramio-e1760928594996.jpg)

-e1760098626616.jpg)





